Halaqah 40: Isra’ dan Mi’raj Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam

Materi HSI pada halaqah ke-40 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Sirah nabawiyah adalah tentang Isra' dan mi'raj Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Setelah meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah dan setelah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengalami peristiwa yang sangat menyedihkan di Thaif, maka Allah ingin menguatkan kembali Nabi-Nya dan menghibur Beliau.

Terjadilah kejadian yang besar, yaitu kejadian Isra’ dan Mi’raj.

Isra’ adalah perjalanan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dalam satu malam.

Yang dimaksud Mi’raj adalah diangkatnya Beliau shallallahu 'alaihi wasallam ke langit yang ke-7.

Allah berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
[QS Al-Isra’ 1]

“Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya di waktu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso yang Kami telah berkahi sekitarnya untuk Kami nampakkan kepadanya diantara tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ”

Dan Allah berfirman,

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
[QS An-Najm 13-15]

“Dan sungguh Muhammad telah melihat Jibril pada waktu yang lain ketika di Shidratul Muntaha. Di sisi Shidratul Muntaha ada surga Al Ma’wa.”

Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa sebelum Beliau diangkat ke langit dunia, datang Jibril dan membelah dada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian mencucinya dengan air zam zam. Kemudian Jibril membawa bejana dari emas yang penuh dengan hikmah dan iman, kemudian menumpahkannya di dada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menutupnya kembali.

Ada yang mengatakan bahwa tujuan pembelahan dada, pencucian qolbu, dan pemenuhan qolbu Beliau dengan hikmah dan iman adalah untuk persiapan sebelum melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar.

Beliau di-Isra’-kan ke Al Masjidil Aqso di atas Buraq (hewan yang lebih kecil daripada baghol dan lebih besar dari keledai).

Yang dimaksud dengan baghol adalah peranakan antara kuda dan keledai.

Kemudian shalat di Masjidil Aqso dan mengimami para Nabi di sana, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim.

Beliau diangkat ke langit yang ke-7, melewati 6 langit sebelumnya, bertemu dengan Nabi Adam, Yusuf, Idris, Isa, Yahya, Harun, Musa, dan juga Ibrahim.

Dan di sana Beliau mendengar suara pena malaikat dan diwajibkan atas Beliau 50 shalat, kemudian diringankan menjadi 5 shalat, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim.

Dan Beliau menyifati Shidratul Muntaha pohon yang sangat besar bahwa daunnya seperti telinga-telinga gajah, sebagaimana dalam musnad Ahmad dengan sanad yang shahih.

Dan Beliau melihat Al Baitul Makmur di langit yang ke-7 dan malaikat-malaikat yang masuk ke dalamnya (sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Beliau juga menyifati sungai Al Kautsar di dalam Surga (Hadits riwayat Al Bukhari).

Dan Beliau juga melihat 4 sungai di dalam surga. (sebagaimana dalam shahih Al Bukhari)

Malaikat Jibril mendekat kepada Beliau dan dia memiliki 600 sayap.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
[QS An-Najm 13]

“Dan sungguh Muhammad telah melihat Jibril pada kesempatan yang lain.”

Beliau juga melihat ketika Mi’raj, adzab orang yang mengghibah (sebagaimana dalam Sunan Abi Dawud dengan sanad yang shahih)

Begitu banyaknya tanda-tanda kekuasaan Allah yang Beliau lihat, namun Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak melihat Allah.

Ketika Beliau ditanya, “Apakah engkau melihat Rabb-mu?”

Beliau berkata,
“Cahaya, bagaimana aku bisa melihat-Nya?” (Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim.)

Ketika Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan kepada kaumnya tentang kejadian Isra’ dan Mi’raj, orang-orang beriman membenarkan Beliau dan orang-orang musyrikin mendustakan Beliau.

Beliau berkata,
“Aku berada di Hijr.”

Hijr adalah bagian dari Ka’bah.

Dan orang-orang Quraisy bertanya kepadaku tentang Isra’-ku. Mereka bertanya kepadaku tentang hal-hal yang berkaitan dengan Al Masjidil Aqso yang aku belum terlalu menghafalnya. Maka aku menjadi gelisah dengan kegelisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kemudian Allah menampakkan Baitul Maqdis untukku, aku melihatnya. Mereka tidak bertanya kepadaku tentang sesuatu kecuali aku mengabarkan kepada mereka. (Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim.)

Maka orang-orang Quraisy terheran-heran dengan jawaban Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan kebenaran apa yang Beliau kabarkan.

Datang orang-orang Musyrikin kepada Abu Bakr dan mengabarkan tentang Isra’ dan Mi’raj ini.

Beliau berkata,
“Apabila dia mengabarkan maka sungguh dia telah benar.”

Mereka berkata,
“Apakah engkau membenarkan dia pergi ke Baitul Maqdis semalam dan datang sebelum subuh?”

Abu Bakr berkata,
“Iya, sungguh aku membenarkan dia di dalam apa yang lebih jauh daripada itu, aku benarkan Beliau di dalam kabar langit di waktu pagi dan petang.” (Dikeluarkan oleh Al Hakim di dalam Al Mustadrak dan beliau menshahihkannya.)

Isra’ dan Mi’raj bukan mimpi. Karena seandainya mimpi, maka tidak dinamakan tanda-tanda kekuasaan Allah.

Allah mengatakan,

.. لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ..
[QS Al-Isra’ 1]

“Supaya Kami memperlihatkan kepadanya diantara ayat-ayat Kami.”

Isra dan Mi’raj adalah dengan ruh dan jasad Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, karena Allah mengatakan – بِعَبْدِهِ – dengan hamba-Nya. Dan hamba, dinamakan hamba dengan ruh dan jasadnya, bukan hanya dengan ruhnya saja.

Dan jumhur ulama mengatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi sekali dan bahwasanya keduanya terjadi dalam satu malam.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Sirah Nabawiyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url