Halaqah 32: Orang-Orang Quraisy Meminta Mukjizat

Materi HSI pada halaqah ke-32 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy adalah tentang orang-orang Quraisy meminta mukjizat. Orang-orang Quraisy semakin keras di dalam menentang dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka menggunakan cara yang lain di dalam usaha menghentikan dakwah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan melemahkan Beliau, yaitu dengan cara meminta Beliau shallallahu 'alaihi wasallam untuk mendatangkan mukjizat yang menunjukkan bahwa Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang Nabi. Semua itu mereka lakukan hanya ingin membantah dan mendustakan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Berkata orang-orang Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Berdoalah kamu kepada Rabb-mu untuk kami supaya Allah menjadikan bukit Shofa ini emas dan kami pun akan beriman denganmu.”

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata,
“Dan apakah kalian benar akan melakukannya?”
Mereka menjawab
“Iya.”

Berkata Abdullah, maka Nabi pun berdoa kemudian datanglah Jibril ‘alaihissalam dan berkata,

“Sesungguhnya Rabb-mu azza wajalla mengucapkan salam untukmu dan Allah berkata kalau kamu ingin maka bukit Shofa ini akan menjadi emas untuk mereka. Kemudian barangsiapa yang kafir diantara mereka setelah itu, Aku akan mengadzab dengan adzab yang belum pernah Aku mengazab dengannya seorang pun di alam ini. Dan kalau engkau ingin maka mereka akan diberi pintu taubat dan rahmat.”.

Berkata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
“Pintu taubat dan rahmat.” [Hadits riwayat Ahmad dan juga Al Hakim dan beliau menshahihkannya].

Berkata Abdullah Ibnu Abbas, maka Allah menurunkan ayat ini,

وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ وَآتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً ۚ..
[QS Al-Isra’ 59]

“Maka tidaklah mencegah Kami untuk mengirim tanda-tanda kekuasaan Kami (mukjizat) kecuali karena sebab orang-orang terdahulu yang mereka telah mendustakan. Dan Kami telah berikan kepada Tsamud, unta sebagai mukjizat.”

Riwayat ini diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad di dalam musnadnya dengan sanad yang jayyid.

Maksudnya sebagaimana mukjizat Shalih tidak bermanfaat bagi kaumnya, maka demikian pula orang-orang musyrikin Quraisy, mukjizat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak bermanfaat bagi mereka.

Akan tetapi ketika mereka (orang-orang Quraisy) terus meminta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mukjizat, akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memenuhi permintaan mereka dan memperlihatkan kepada mereka terbelahnya bulan, sehingga disebutkan bahwa Gunung Hira berada diantara keduanya. [Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim].

Abdullah bin Mas’ud saat itu melihat sendiri bagaimana terbelahnya bulan di Mekkah dan atsar kisah ini ada di dalam shahih Bukhari dan Muslim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan kejadian ini di dalam Al Qur’an, Allah mengatakan,

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ
[QS Al-Qamar 1-2]

“Telah dekat hari kiamat dan telah terbelah bulan dan apabila mereka melihat tanda kekuasaan, mereka berpaling dan mengatakan ini adalah sihir yang terus menerus.”

Demikianlah orang-orang musyrikin yang mereka memang ingin membantah dan mendustakan.

Setelah melihat terbelahnya bulan mereka mengatakan, “Ini adalah sihir.”

Ada riwayat bahwa sebagian orang-orang Quraisy menawarkan kekuasaan, harta, dan wanita kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan harapan Nabi menghentikan dakwahnya sebagaimana di dalam Al Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah dan yang lain, namun di dalam sanadnya ada pembicaraan.

Sebagaimana di sana ada riwayat di mana mereka menawarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam supaya mereka bergantian di dalam beribadah. Nabi menyembah Tuhan-Tuhan mereka selama setahun dan mereka akan menyembah Allah selama setahun.

Diriwayatkan ini oleh Ath Thabary di dalam tarikhnya dan di dalam sanadnya juga ada pembicaraan.

Adanya pembicaraan di dalam sanad bukan berarti peristiwa itu tidak terjadi sama sekali, banyak sekali di sana kejadian-kejadian di dalam sejarah yang terjadi dan kita tidak bisa menegakkan dalil-dalil yang shahih atasnya.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Sirah Nabawiyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url