Halaqah 03: Penjelasan Pokok Pertama Kitab Ushulussittah (Bagian 2)

Materi HSI pada halaqah ke-3 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Sirah nabawiyah adalah tentang Penjelasan Pokok Pertama Kitab Ushulussittah bagian 2. Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan perkara yang pertama yang dipahami oleh orang-orang awam dikalangan kaum muslimin akan tetapi banyak orang-orang cerdas yang tidak memahami perkara ini.

Beliau mengatakan:

اَلْأَصْلُ الْأَوَّلُ : إِخْلَاصُ الدِّيْنِ لِلهِ تَعَالَى وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لهُ ، وَبَيَانُ ضِدِّهِ الذِيْ هُوَ الشِّرْكُ بِاللهِ

• Perkara yang pertama | Mengikhlaskan agama untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala (tidak ada sekutu baginya) dan menjelaskan lawan dari keikhlasan ini adalah syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diantara perkara yang sudah Allah jelaskan didalam Al Quran dengan penjelasan yang gamblang (penjelasan sangat jelas) adalah,

إِخْلَاصُ الدِّيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Mengikhlaskan agama ini hanya untuk Allah (tidak ada sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala) juga menjelasan tentang bahaya syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini semua Allah sebutkan dengan jelas didalam Al Quran.

وَكَوْنُ أَكْثَرِ الْقُرْآنِ فِي بَيَانِ هَذَا الْأَصْلِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بِكَلَامٍ يَفْهَمُهُ أَبْلَدُ الْعَامَّةِ

Kata beliau:
Dan bahwasanya sebagian besar ayat-ayat Al Quran adalah untuk menjelaskan perkara ini.

Menjelaskan tentang;
⑴ Ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam ibadah.
⑵ Menjelaskan tentang bahayanya kesyirikan di dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى

“Dalam bentuk-bentuk yang sangat berbeda dan cara yang berbeda”

(Artinya) Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam Al Quran menjelaskan tentang perkara ini dalam berbagai cara dan berbagai penjelasan.

بِكَلَامٍ يَفْهَمُهُ أَبْلَدُ الْعَامَّةِ

“Dengan ucapan yang dipahami (bahkan orang yang paling bodoh diantara orang-orang awam)”

⇒ Menunjukkan tentang bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala (sangat) menjelaskan perkara ini didalam Al Quran, sampai orang yang paling bodohpun kata beliau juga memahami ucapan ini.

Yaitu tentang masalah,
√ Tauhid
√ Bahayanya kesyirikan
Sebagian ulama mengatakan semua isi Al Quran adalah tentang tauhid (dari awal sampai akhir).

Diantara buktinya adalah surat yang pertama (Al Fatihah) demikian pula surat yang terakhir (An Nas) isinya tentang masalah tauhid.

Al Fatihah isinya penuh dengan makna tauhid.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ۞ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ ۞ مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ ۞ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ

Didalamnya ada:
√ Tauhid Asma’ wa Shifat
√ Tauhid rububiyah
√ Tauhid al uluhiyyah.

إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ

“Hanya kepada Mu lah Ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mulah (Ya Allah) kami memohon pertolongan.”

Demikian pula surat yang terakhir An Nas,

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ۞ مَلِكِ ٱلنَّاسِ

Ini semua adalah tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) Raja manusia sesembahan manusia.

⇒ Semua surat didalam Al Quran isinya adalah tentang tauhid.

√ Penjelasan tentang bagaimana keutamaan tauhid.
√ Penjelasan bagaimana cara bertauhid.
√ Penjelasan tentang bahaya kesyirikan (apa bentuk kesyirikan).
√ Penjelasan tentang akibat dan pahala bagi orang yang bertauhid dan adzab bagi orang yang berbuat syirik.

Bahkan kisah-kisah yang ada didalam Al Quran banyak diantaranya yang berkaitan dengan masalah tauhid.

Bagaimana kisah nabi Nuh alayhissallam?

Kisahnya adalah bagaimana beliau berdakwah dan mendakwahi umatnya kepada tauhid.

Demikian pula kisah nabi Shalih, nabi Hud, nabi Syuaib dan juga nabi-nabi yang lain.

Kalau kita tadabburi ternyata Al Quran semua adalah masalah tauhid (mengikhlaskan ibadah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan tentang bahaya kesyirikan.

Namun ternyata banyak diantara manusia yang tidak memahami tentang perkara ini.

Bahkan kata beliau disini, termasuk orang yang cerdas diantara mereka.

Kenapa demikian?

Diantara sebabnya adalah:

⑴ Al ‘irab (seseorang berpaling dari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala).
Tidak mau mempelajari agama Allah, sibuk dengan yang lain (sibuk dengan dunianya, sibuk dengan hobbynya). Dan dia berpaling tidak mau menekuni dan tidak mau mempelajari agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

⑵ Al Kibr (sombong).
Dia mengetahui kebenaran akan tetapi dia tidak mau mengamalkan dan menerima kebenaran tersebut.

Sebagaimana dilakukan oleh Iblis ketika diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melakukan sujud (penghormatan) kepada nabi Adam alayhissallam akan tetapi iblis sombong, dan Iblis termasuk orang-orang yang kafir.

Diantara sebabnya adalah dua perkara ini,
⑴ Berpaling dari mempelajari agama Allah
⑵ Al Kibr (sombong dan tidak mau mengamalkan kebenaran).

Al Quran diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tujuan utamanya adalah untuk di amalkan, ditadabburi, dipahami (bukan sekedar dibaca atau diperbaiki tajwidnya atau diambil berkahnya ketika membacanya).

Semua itu adalah termasuk kebaikan akan tetapi bukan tujuan utama diturunkannya Al Quran.

Tujuan utama diturunkannya Al Quran adalah untuk ditadabburi kemudian diamalkan didalam kehidupan kita sehari-hari.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ إِلَيْكَ مُبَـٰرَكٌۭ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَـٰبِ

“Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Sad: 29)

Demikianlah Al Quran diturunkan bukan sekedar dibaca dengan tajwid dengan tartil akan tetapi seseorang yang membacanya jauh dari mengamalkan Al Quran tersebut.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Ushulussittah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url