Halaqah 10: Pengantar Al Ushulu Ats Tsalatsah Bagian 10 Mengapa Kita Mempelajari Tauhid (1)

Materi HSI pada halaqah ke-10 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah adalah tentang pengantar Al usuhlu Ats Tsalatsah bagian 10 mengapa kita mempelajari tauhid.

Beliau mengatakan,

اعلم أرشدك الله لطاعته أن الحنيفية ملة إبراهيم أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين؛ وبذلك أمر الله جميع الناس وخلقهم لها، كما قال تعالى {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}
ومعنى يعبدون: يوحدون

“Ketahuilah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan petunjuk kepadamu untuk taat kepadanya. Sesungguhnya – الحنيفية – agamanya Nabi Ibrahim adalah engkau menyembah Allah semata, mengikhlaskan baginya agama ini dan dengan inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan seluruh manusia dan menciptakan mereka untuk perkara ini, sebagaimana Firman Allah yang artinya, Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Dan makna يعبدون (beribadah kepada-Ku) adalah mentauhidkan Aku.”

Beliau mengatakan اعلم ketahuilah, dan sebagaimana yang sudah kita sampaikan kalimat ini, yaitu اعلم ketahuilah, digunakan oleh muallif/pengarang supaya kita bersiap-siap mendengar apa yang akan beliau sampaikan setelahnya.

Menunjukan bahwasanya apa yang akan beliau sampaikan setelah kalimat اعلم ini adalah sesuatu yang sangat penting diketahui oleh seorang muslim, sehingga beliau mengatakan اعلم.

Kemudian sebagaimana kebiasaan beliau, beliau mendo’akan kebaikan untuk kita. Beliau mengatakan,

أرشدك الله لطاعته

“Semoga Allah Ta’ala memberikan rusyd (petunjuk) kepadamu untuk mudah melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Dan ini adalah doa yang baik dari seorang guru untuk seorang muridnya, yang membaca kitabnya, yang mengambil faedah apa yang beliau tulis. Beliau mendo’akan untuk kita supaya dimudahkan oleh Allah mendapatkan petunjuk, dimudahkan hatinya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini tentu adab yang bagus yang hendaknya ditiru oleh seorang guru (pengajar) supaya banyak mendo’akan kebaikan untuk murid-muridnya, semoga dimudahkan untuk memahami pelajaran, semoga diampuni dosanya, semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

أن الحنيفية ملة إبراهيم أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين؛

“Hendaklah kalian mengetahui bahwasanya Al Hanifiyyah, millah-nya Nabi Ibrahim.”

Al Hanifiyyah ini adalah nama agamanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Apa yang dimaksud Al Hanifiyyah?

Berasal dari Al Hanif, yang artinya adalah lurus. Dan Al Hanif berasal dari Al Hanaf yang artinya adalah Al Mayn atau menyimpang.

Maksudnya adalah menyimpang dari kesyirikan menuju mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam beribadah, mustaqim (lurus) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila seseorang ditanya apakah agamanya Nabi Ibrahim? Agamanya Nabi Ibrahim adalah Al Hanifiyyah (Al Islam). Menyerahkan diri, menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah, dan meninggalkan kesyirikan dengan segala jenisnya. Ini adalah millah-nya Nabi Ibrahim yang kita diperintahkan untuk mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim.

Demikian pula Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diperintahkan untuk mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an perintah untuk mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Allah memuji millah-nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

۞ قُلْ صَدَقَ اللَّهُ ۗ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[QS Al-Imron 95]

“Katakanlah Muhammad, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Benar. Hendaklah kalian mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim yang hanif, yang mustaqim (lurus) hanya menyembah kepada Allah, beribadah kepada Allah, berpaling dari kesyirikan, dan tidaklah beliau termasuk orang-orang yang musyrikin.”

Firman Allah – فَاتَّبِعُوا – artinya hendaklah kalian mengikuti perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya kita mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Kemudian di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,

۞ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
۞ شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
۞ وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
[QS An Nahl 120-122]

“Sesungguhnya Ibrahim adalah qudwah/teladan/contoh yang dia senantiasa khusyu di dalam beribadah kepada Allah,حَنِيفًا lurus hanya menyembah kepada Allah, tidak menyembah kepada selain Allah, dan bukanlah beliau termasuk orang-orang musyrikin. Beliau adalah orang yang bersyukur dengan nikmat-nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih beliau dan sesungguhnya beliau di akhirat termasuk orang-orang yang sholeh.”

Kemudian Allah mengatakan,

۞ ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[An Nahl 123]

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu(wahai Muhammad) supaya engkau (wahai Muhammad) mengikuti millah-nya Nabi Ibrahim. (Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan Nabi kita ﷺ untuk mengikuti millahnya Nabi Ibrahim), dan tidaklah beliau termasuk orang-orang musyrikin.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka mengaku bahwasanya mereka mengikuti Nabi Ibrahim ‘alaihisalam. Mereka mengaku, menganggap, dan meyakini bahwasanya Ibrahim berada di atas agama mereka. Orang Yahudi berkeyakinan bahwasanya Ibrahim agamanya adalah Yahudi. Orang Nasrani mengaku bahwasanya Ibrahim agamanya adalah Nasrani. Namun hal ini dibantah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan diperuntukan kepada Bani Israil, demikian pula Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihissalam dan juga diberikan kepada Bani Israil, semuanya turun setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Maka bagaimana Ibrahim berada di atas agama Yahudi atau agama Nasrani.
Oleh karena itu Allah mengatakan,

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[QS Al-Imran 67]

“Tidaklah Ibrahim seseorang yang beragama Yahudi dan bukan pula seseorang yang beragama Nasrani, akan tetapi beliau adalah seorang yang hanif (lurus), hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menyerahkan dirinya hanya kepada Allah. Dan tidaklah beliau termasuk orang-orang yang musyrikin.”

Lain dengan orang Yahudi yang mereka menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengatakan bahwasanya Uzair anak Allah.

Lain dengan orang Nasrani yang mengatakan bahwasanya Isa Ibnu Maryam adalah anak Allah. Adapun Ibrahim, maka beliau adalah seorang yang hanif (lurus) hanya menyembah kepada Allah dan beliau bukan termasuk orang-orang yang musyrikin.

۞ وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ
[QS At-Taubat 30]

“Orang-orang Yahudi mengatakan Uzair adalah anak Allah dan orang-orang Nasrani mengatakan Al Masih (Isa Ibnu Maryam) adalah anak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian Allah mengatakan,

۞ إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
[QS Al-Imron 68]

“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim/yang paling dekat dengan Ibrahim, mereka adalah orang-orang yang mengikuti beliau di dalam millah-nya (agamanya) dan juga Nabi ini (Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) dan juga orang-orang yang beriman.”

Merekalah yang paling dekat, yang paling pantas dianggap sebagai orang yang berada di atas millah-nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang yang beriman, mereka berada di atas millah-nya/agamanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Yang dimaksud dengan millah-nya Nabi Ibrahim yaitu engkau menyembah kepada Allah semata, tidak ada yang lain. Menyerahkan ibadah hanya kepada Allah dalam keadaan mengikhlaskan (membersihkan) agama ini hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada sedikit pun kotoran, tidak ada sedikit pun ibadah yang dia lakukan diberikan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah yang dimaksud millah-nya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Dan dengan inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan seluruh manusia dan menciptakan mereka untuk perkara ini.

Kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan bukan hanya manusia, jin yang mereka melihat kita dan kita tidak melihat mereka, mereka juga diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak lain kecuali untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url