Halaqah 30: Bab 03 Tafsirul Islam – Pembahasan Dalil Kelima Hadits Dari Abu Qilabah

Halaqah yang ke-30 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau mengatakan

وعن أبي قلابة عن رجل من أهل الشام عن أبيه:

Dari Abu Kilabah dari seseorang ahlu Syam, beliau adalah Amr Abasa Ibnu Amr Ibnu Kholi, beliau adalah seorang Sahabat, berarti seorang Sahabat meriwayatkan dari ahli Syam & Ahli Syam ini meriwayatkan dari bapaknya. Kalau di dalam Nukshoh di dalam Musnad Abd Ibnu Khumaid

عن أبي قلابة عن عامر ابن عباس قال قال رجل يا رسول الله

Berarti disini Amr Ibnu Abasa langsung kepada rajulun yang dia bertanya kepada Rasulullah (ada kemungkinan demikian)

عن عامر ابن عباس قال قال رجل يا رسول الله من الإسلام

Dan Ucapan beliau Qola belum tentu beliau melihat langsung laki² tadi bertanya, mungkin disana ada perantara antara Amr Ibnu Abasa dengan rojulun tadi, kalau yang ada di dalam Musnad Abd Ibnu Khumaid disini dari Amr Ibnu Abasa قال قال رجل. Baik hadits ini adalah hadits yang dhoif atau yang Shahih Kita lihat

عن أبي

Dari bapaknya

أنه سأل رسول الله shallallahu 'alaihi wasallam

Bahwasanya beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

ما الإسلام؟

Apa yang dimaksud dengan Islam?

Dan ini sesuai dengan bab ini karena bab pengertian Islam, beliau membawakan seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang Islam, tentunya jawaban Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah jawaban yang paling baik yang menunjukkan tentang hakikat Islam itu sendiri, beliau mengatakan:

قال: أن تسلم قلبك لله،

engkau menyerahkan hatimu kepada Allah subhanahu wata'ala.

Sama dengan lafadz yang sebelumnya, berarti bathin kita harus diserahkan kepada Allah subhanahu wata'ala, harus Ikhlas/menjauhi Riya, menjauhi sum’ah, hasad, dendam, tidak ada perasaan yang tidak baik kepada saudaranya seislam. Itu yang pertama.

Yang kedua

ويسلم المسلمون من لسانك ويدك

Yang kedua ini juga sudah disebutkan di dalam hadits yang Shahih, jadi yang pertama ini sudah disebutkan pada hadits yang sebelumnya & Hadits yang sebelumnya Isnadnya Hasan.

Adapun

ويسلم المسلمون من لسانك ويدك

Maka ini ada yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
Seandainya hadits ini dhoif, memudhorotkan tidak? Tidak, karena lafadz² yang ada di dalamnya maknanya sudah ada di dalam hadits yang lain yang Shahih atau hadits tersebut Hasan, jadi seandainya hadits yang dhoif, "la yadhuru", seandainya dia Hadits yang Shahih atau Hasan maka ini jelas menguatkan.

قال: أي الإسلام أفضل؟

Penanya ini menanyakan Islam apa yang paling Afdhol?

قال: الإيمان

Islam yang paling Afdhol adalah beriman kepada Allah subhanahu wata'ala.
Berarti Iman kepada Allah subhanahu wata'ala adalah bagian dari Islam, bahkan dia adalah Islam yang paling afdhol.

Jadi tunduknya seseorang kepada Allah subhanahu wata'ala & iman dia kepada Allah subhanahu wata'ala ini bagian dari Islamnya dia kepada Allah subhanahu wata'ala.

الاستسلام لله بالتوحيد،

Menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala dengan Tauhid adalah bagian dari keimanan kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ketika kita berbicara tentang Imam kepada Allah subhanahu wata'ala, ada 4 perkara yang harus ada pada Iman kepada Allah subhanahu wata'ala, meyakini bahwasanya Allah subhanahu wata'ala itu ada, kemudian meyakini tentang rububiyyah, Uluhiyyah Allah subhanahu wata'ala, Nama & juga sifat Allah subhanahu wata'ala, berarti Iman kepada Allah subhanahu wata'ala berarti intinya kepada Tauhid.

Tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah membawa kepada kita Tauhid Uluhiyyah. Inilah yang paling Afdhol, di dalam Islam yang paling Afdhol adalah beriman kepada Allah subhanahu wata'ala berarti Islam mencakup di dalamnya selain akhlak yang harus ditundukkan, hati yang harus ditundukkan maka perlu Kita diketahui bahwasanya apa yang ada di dalam hati seseorang berupa akidah tentang Allah subhanahu wata'ala maka itu bagian dari Islam yang paling Afdhol,

قال: وما الإيمان؟

Dia mengatakan lagi apa yang dimaksud dengan beriman kepada Allah subhanahu wata'ala,

قال: أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر والبعث بعد الموت.

Yang dimaksud dengan beriman kepada Allah subhanahu wata'ala adalah engkau beriman kepada Allah subhanahu wata'ala & Malaikat²Nya, Kitab²Nya, Rasul²Nya dan juga hari Akhir dan engkau beriman dengan – البعث بعد الموت -beriman dengan Al Ba’ats setelah kematian.

Berarti beriman kepada Allah subhanahu wata'ala kalau ditafsirkan seperti ini menunjukkan bahwasanya yang namanya Iman kepada Allah subhanahu wata'ala konsekuensi nya Al Iman kepada Allah subhanahu wata'ala itu mengharuskan iman kepada rukun Iman yang lain.

Jika kita sudah beriman kepada Allah subhanahu wata'ala, percaya kepada Allah subhanahu wata'ala, Allah subhanahu wata'ala mengatakan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala memiliki Malaikat, Allah subhanahu wata'ala memiliki Malaikat yang mengamalkan ini, Allah subhanahu wata'ala memiliki Malaikat sifat ini, jika sudah beriman kepada Allah subhanahu wata'ala, Allah subhanahu wata'ala mengabarkan adanya Malaikat Kita harus beriman dengan Malaikat, Allah subhanahu wata'ala mengabarkan bahwasanya Malaikat memiliki amalan demikian, sifat demikian maka kita harus meyakini bahwasanya Malaikat memiliki amalan/sifat demikian, berarti beriman kepada Malaikat adalah konsekuensi dari beriman kepada Allah subhanahu wata'ala.

Beriman dengan kutub juga demikian. Kalau memang kita sudah beriman kepada Allah subhanahu wata'ala, kemudian Allah subhanahu wata'ala mengabarkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala menurunkan kitab kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, berarti konsekuensi dari keimanan Kita kepada Allah subhanahu wata'ala harus beriman dengan Kitab, kalau kita beriman kepada Allah subhanahu wata'ala, maka ketika Allah subhanahu wata'ala mengabarkan, Allah subhanahu wata'ala mengutus Rasul dan menyuruh untuk beriman dengan Rasul tadi maka kita harus beriman dengan Rasul tadi, inilah konsekuensi Iman kita kepada AlIah subhanahu wata'ala.

Beriman dengan hari akhir juga demikian, karena Allah subhanahu wata'ala mengabarkan tentang terjadinya Hari Akhir, kemudian disebutkan

والبعث بعد الموت.

Dan ini adalah penyebutan yang khusus setelah yang umum, karena Al Yaumil Akhir lebih umum dari – والبعث بعد الموت.- disebutkan karena dia termasuk unsur yang paling penting di dalam beriman dengan Hari Akhir , sudah kita sebutkan bahwasanya,

البعث بعد الموت

Ini termasuk Al Qodr al mujzi fil iman bil Yaumil Akhir, termasuk kadar minimal dengan hari akhir adalah beriman dengan Al Ba’ats, kemudian beriman dengan Al Jazaa’, dan jaza disini mencakup surga dan neraka.

Orang yang mengingkari Al Ba’ats mengingkari kadar minimal di dalam beriman dengan Hari Akhir, jelas karena hari akhir terjadi setelah Ba’ats

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن لَّن يُبْعَثُوا ۚ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي ..
QS At Taghobun 7

Menunjukkan bahwasanya orang yang mengingkari Al Ba’ats maka dia telah keluar dari agama Islam dan ini adalah sifatnya orang² Kafir mengingkari Al Ba’ats

Dimana disebutkan beriman dengan Al Qodar, disebutkan dalam hadits yang lain & hadits saling melengkapi satu dan yang lain, maka jangan ada yang mengatakan disini ada pertentangan/kontradiktif, jangan bermudah²an kita mengatakan demikian, pertama seorang muslim ketika mendapatkan demikian, amantu billah, aku beriman kepada Allah subhanahu wata'ala, kalau memang ini Shahih maka aku beriman dengan apa yang datang dari Allah subhanahu wata'ala semuanya

كل من عند ربي

Semuanya berasal dari Allah subhanahu wata'ala.

Kemudian kita berusaha memahami, hadits itu saling melengkapi satu dengan yang lain, saling membenarkan satu dengan yang lain, mungkin disini disebutkan khusus, disana disebutkan umum nya, atau jika kita tidak tahu kita Kita yakin bahwasanya ulama mereka mempunyai penjelasan yang tentang masalah ini, oleh sebab itu sebagian Ulama karena kedalaman ilmu mereka & besar nya dan luas nya pengalaman mereka sampai berani untuk mengatakan dan menantang barangsiapa yang menemukan seperti ada ta’aruf diantara dalil² maka datanglah kesini maka aku akan menjama’nya & ini tidak diucapkan kecuali seorang ulama yang rosikh di dalam ilmu nya.

Syahidnya disini bahwasanya beriman kepada Allah subhanahu wata'ala ini adalah bagian dari Islam, bahkan dia adalah afdholul Islam & disini Kita memahami sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada seorang Sahabat ketika minta diwasiati oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

فو الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ غَيْرَك؛

Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan,

: قُلْ: آمَنْت بِاَللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ” . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

"katakanlah aku beriman kepada Allah subhanahu wata'ala kemudian Istiqomahlah",
Dimana disini Iman kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Takdir, itu semua adalah konsekuensi dari beriman kepada Allah subhanahu wata'ala.

Karena dia minta yang ringkas. Maka seorang Muslim memahami

قُلْ: آمَنْت بِاَللَّهِ

Kalau memang kita beriman kepada Allah subhanahu wata'ala berarti harus beriman kepada Malaikat, Rasul, Kutub.

ثُمَّ اسْتَقِمْ

Dan hendaklah engkau Istiqomah.

Yaitu Istiqomah diatas Iman kepada Allah subhanahu wata'ala, dan konsekuensi². Kalimat yang ringkas tapi bagi orang yang memahami maknanya, ini adalah perkara yang besar, berarti kita harus Istiqomah diatas agama ini seluruhnya, karena kalau mendalami kembali tentang Iman kepada Malaikat, Hari Akhir, Iman dengan Hari Akhir juga ada konsekuensi²nya, bertaubat, beramal shaleh, meninggalkan kemaksiatan ini adalah bagian dari beriman kepada Hari Akhir, beriman kepada Malaikat juga demikian, tahu kalau disana ada Malaikat yang menulis – mengawasi dan seterusnya.

Maka disini kalau memang Hadits adalah hadits yang tetap dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam , menunjukkan bahwasanya Islam mencakup baik akhlak kita demikian pula aqidah kita, al-imanu billah juga bagian dari Islam demikian pula amalan² hati khauf, Roja, mahabbah dan seterusnya semuanya harus kita serahkan kepada Allah subhanahu wata'ala dan ini adalah bagian dari Islam.

Secara ringkas kesimpulan dari bab ini Tafsirul Islam bahwasanya Islam ini mencakup penyerahan diri di dalam masalah aqidah dan juga masalah ibadah dan juga di dalam masalah akhlak, penyerahan diri di dalam masalah aqidah maka kita harus mengesakan -mentauhidkan Allah subhanahu wata'ala , di dalam masalah Ibadah maka seseorang tunduk kepada syari’at Allah subhanahu wata'ala tidak beribadah kecuali dengan syariat Allah subhanahu wata'ala.

Demikian pula dalam akhlak Allah subhanahu wata'ala kita menyerahkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala menundukan akhlak kita kepada Allah subhanahu wata'ala sehingga menjadi akhlak yang mulia diridhai Allah subhanahu wata'ala, kalau kita mengamalkan itu semuanya inilah muslim yang hakiki, muslim yang sebenarnya, muslim yang memiliki keutamaan yang besar, benar² dia mewujudkan makna Islam itu sendiri.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url