Halaqah 38: Bab 05 Mencukupkan Diri Dengan Mengikuti Alquran dan Sunnah – Penjelasan Umum Bab dan Pembahasan Dalil Kedua Hadits Riwayat Imam An Nasai Dari Sahabat Jabir (Bagian 2)

Halaqah yang ke-38 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau mengatakan rahimahullah

وفي رواية: لو كان موسى حياً ما وسعه إلا اتباعي

"Seandainya Musa dalam keadaan hidup maka tidak luas bagi beliau kecuali mengikuti diriku".

Kalau yang

ولو كان موسى حياً واتبعتموه وتركتموني ضللتم

Yang dibicarakan disini Umat nya, seandainya Musa hidup, kalian kemudian ikut beliau dan meninggalkan Muhammad maka kalian sesat.

Adapun

لو كان موسى حياً ما وسعه إلا اتباعي

Yang dibicarakan disini adalah Musa, seandainya beliau hidup maka kewajiban dia adalah mengikuti Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Oleh sebab itu beliau mengatakan – وفي رواية – di dalam riwayat yang lain (sebagaimana diatas) berarti bisa dikatakan ini adalah sisi yang keempat.

Seorang Nabi saja seandainya dia hidup sekarang maka kewajiban dia adalah mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wasallam & mencukupkan diri dengan Al Qur’an dan juga Sunnah yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Musa meskipun dia yang diturunkan kepadanya Taurat jika bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka dia harus tinggalkan Taurat & beriman dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengikuti syariat beliau shallallahu 'alaihi wasallam, itu Musa alaihissallam yang memiliki Taurat ini yang lembaran nya sedang engkau bawa ini, seandainya dia masih hidup sekarang maka tidak luas bagi beliau kecuali mengikuti diriku.

Jika Nabi nya saja yang diturunkan kepadanya Taurat wajib bagi dia mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wasallam & mencukup kan diri dengan apa yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berupa Al Qur’an dan Sunnah lalu bagaimana dengan pengikut nya, & orang yang tentunya derajat lebih rendah daripada beliau maka tentunya ini lebih harus mencukupkan diri dengan apa yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

فقال عمر: “رضينا بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد shallallahu 'alaihi wasallam رسولاً”

Maka Umar mengatakan setelah mendengar ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam "kami ridho Allah subhanahu wata'ala sebagai Rabb kami & kami ridho Islam adalah agama bagi kami & kami ridho Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah Rasul bagi kami"

Ini adalah ucapan Umar RadhiyAllahu Anhu ketika mendengar nasihat & ucapan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Beliau mengatakan disini diriwayatkan oleh an Nasaii. Dan kalau kita melihat di dalam sunan an Nasaii tidak kita temukan yang demikian, Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad di dalam Musnad nya & di sini disebutkan

عن عمر بن الخطاب عن النبي shallallahu 'alaihi wasallam بكتاب أصابه من بعد أهل الكتب فقرأه على النبي shallallahu 'alaihi wasallam فغضب

Datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau dapatkan kitab tersebut dari ahlul Kitab, karena beliau mungkin dalam peperangan atau yang lain, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacanya kemudian beliau marah, di dalam Nuskhoh ini yang membaca Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ini tidak mungkin karena beliau shallallahu 'alaihi wasallam ummi, dan kedua disini ada marah karena tidak mungkin beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang baca beliau yang marah shallallahu 'alaihi wasallam, yang benar yang membaca adalah Umar bin Khattab sebagaimana hadits yang lain

بكتاب أصابه من بعد أهل الكتب فقرأه على النبي shallallahu 'alaihi wasallam

Maka dia membaca di depan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

فغضب

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam marah yang demikian

فقال أم متهفون فيها يا ابن الخطاب

Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan ucapan ini

والذي نفسي بيده لقد جئتكم فيها بيضاء نقية لا تسألهم عن شيء فيخبركم بحق فتكذب به أو بباطل فتصدق به والذي نفسي بيده لو أن كان موسى حيا ما وسعه إلا أن يتبني

Ini di dalam Musnad Al Imam Ahmad.

Ucapan beliau – و غيره – berarti beliau juga tahu bahwasanya Hadits ini diriwayatkan oleh yang lain juga, diantaranya adalah Al Imam Ahmad bin Hambal di dalam Musnad beliau.

Hadits ini didhoifkan oleh sebagian namun Syaikh Al Albani rahimahullah beliau menghasankan, demikian pula yang menta’liq Musnad Ahmad juga menghasankan hadits ini. Syuaib al-Arnauth mengatakan isnadnya dhaif. (…)
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url