Halaqah 35: Penjelasan Beberapa Ayat yang Mengandung Sifat Mahabbah Bagi Allah (Bagian 2) (QS Al Hujurat 9)

Halaqah yang ke-35 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Pembahasan nama dan juga sifat Allah subhanahu wata'ala yaitu sifat Al-Mahabbah yaitu sifat mencintai bagi Allah subhanahu wata'ala.

Beliau mendatangkan Firman Allah subhanahu wata'ala

وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Dan hendaklah kalian berbuat adil, aqsatho – yuqsithu artinya adalah berbuat adil, وَأَقْسِطُوا hendaklah kalian berbuat adil, di sana ada muqsithun, di sana ada qasithun, kalau qasithun, qasith maknanya adalah ja’ir yaitu orang yang dzalim, tapi kalau muqsith orang yang adil. Allah subhanahu wata'ala mengatakan

وَأَمَّا ٱلْقَٰسِطُونَ فَكَانُوا۟ لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
[Al-Jinn:15]

Yaitu orang-orang yang dzalim, orang-orang yang kuffar maka mereka menjadi bahan bakar atau kayu bakar untuk jahannam, dengannya jahannam menyala, ini qasith yang artinya adalah ja’ir yaitu orang yang dzalim. Adapun al-muqsith (ini adalah muf’il, kalau tadi adalah fa’il) artinya adalah Al-Adl orang yang adil. Jangan kita pahami وَأَمَّا ٱلْقَٰسِطُونَ berarti orang yang adil, tidak, itu adalah orang yang dzalim, orang-orang yang kuffar.

Dan hendaklah kalian berbuat adil, berbuat adil dalam menghukumi, ada perseturuan, ada perkelahian, ada persengketaan maka kita disuruh untuk berbuat adil, kita ikuti kebenaran, kita ikuti keadilan, jangan kita mendzalimi salah satu diantara kedua belah pihak hanya karena sebab yang satunya adalah termasuk satu negara atau satu suku atau satu organisasi dengan ana, tidak. Tidak boleh kita berbuat dzalim, kita diperintahkan untuk berbuat adil, bukan termasuk ajaran Islam mendzalimi, termasuk mendzalimi musuh tidak boleh. Meskipun kita benci dengan pihak tertentu, tidak boleh kita mendzalimi mereka

وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ
[Surah Al-Ma’idah:8]

Jangan sampai kebencian kalian kepada sebuah kaum menjadikan kalian tidak adil kepada mereka.

Islam mengajarkan untuk adil meskipun kepada musuh, kalau memang teman kita salah ya salah, kalau memang dia yang dzalim kita katakan dia dzalim harus mengembalikan haknya, ٱعۡدِلُواْ hendaklah kalian berbuat adil karena yang demikian adalah lebih dekat dengan ketakwaan, وَأَقْسِطُوا hendaklah kalian berbuat adil, dan adil di sini umum baik adil dalam masalah ketika kita menjadi seorang penguasa sebuah wilayah atau sebuah daerah, termasuk juga seandainya seseorang adil di dalam rumahnya, dia memiliki istri lebih dari satu maka dia adil terhadap istri-istrinya, ketika dia bermuamalah dengan putra-putrinya maka dia berbuat adil dengan mereka tidak menzalimi salah satu diantara keduanya. Allah subhanahu wata'ala mencintai orang-orang yang berbuat adil

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala mencintai orang-orang yang berbuat adil.

Ingin dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala dan masuk di dalam golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala maka kita harus berbuat adil sesuai dengan kemampuan kita, jangan kita membiasakan diri berbuat dzolim meskipun dengan orang-orang yang dekat dengan kita, meskipun orang lain tidak melihat seperti kepada anak-anak kita

اعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلادِكُمْ

kata Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, hendaklah kalian berbuat adil kepada anak-anak kalian. Didalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah subhanahu wata'ala kelak, yaitu di hari kiamat, akan berada di atas mimbar-mimbar yang berasal dari cahaya, berada di atas mimbar yaitu sesuatu yang lebih tinggi daripada yang lain, Allah subhanahu wata'ala memuliakan mereka di antara manusia di berikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi daripada manusia yang lain عَلَى مَنَابِرَ mereka berada di atas mimbar-mimbar مِنْ نُورٍ yang terbuat dari cahaya, Allahu ‘ala kulli syai’in qadir, Allah subhanahu wata'ala mampu melakukan segala sesuatu, menjadikan disana mimbar dan orang-orang yang ada berada di atasnya dan mereka tidak terjatuh itu adalah dengan kekuasaan Allah subhanahu wata'ala

عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ

Disebelah kanan Allah subhanahu wata'ala

وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ

Dan kedua tangan Allah subhanahu wata'ala adalah kanan

الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Siapa mereka, orang-orang yang muqsithin, mereka adalah orang-orang yang adil di dalam hukum mereka, seseorang bisa adil ketika dia kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits, dia memiliki ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, rasa takut kepada Allah subhanahu wata'ala, tidak mau mendzolimi manusia

وَأَهْلِيهِمْ

Dan mereka adil di dalam keluarga mereka, berarti termasuk istri dan juga anak, adil kepada mereka

وَمَا وَلُوا

Dan apa-apa yang mereka memiliki kekuasaan, memiliki wilayah, memiliki daerah sebagai kepala suku, sebagai bupati, sebagai camat dan seterusnya dia berbuat adil di dalam memegang kekuasaan ini, janji dari Allah subhanahu wata'ala bagi mereka akan ditempatkan mereka di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, ditambah lagi kecintaan Allah subhanahu wata'ala kepada mereka yaitu orang-orang yang berbuat adil. Ini golongan yang kedua yang mereka dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url