Halaqah 28: Penjelasan Nama dan Sifat Allah yang Terkandung di Dalam QS Adz-Dzariyat Ayat 58

Halaqah yang ke-28 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Masih kita pada penyebutan ayat-ayat Al-Qur’aniyyah yang berisi tentang nama dan juga sifat Allah subhanahu wata'ala. Setelah kita membaca ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah subhanahu wata'ala Al-’Ilm dan nama Allah subhanahu wata'ala Al-‘Alim maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendatangkan setelahnya nama Allah subhanahu wata'ala yang lain dan juga sifat. Allah subhanahu wata'ala menyebutkan di dalam surat Adz-Dzariyat nama dan juga sifat Allah subhanahu wata'ala. Syaikhul Islam mengatakan

وَقَوْلُهُ

Dan juga firman Allah subhanahu wata'ala

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Yang Maha Memberikan Rezeki, yang memiliki kekuatan yang sangat kokoh.

Disebutkan di dalam ayat ini empat nama Allah subhanahu wata'ala, pertama adalah lafdzul jalalah Allah subhanahu wata'ala, kemudian Ar-Razzaq, kemudian Dzul Quwwah dan yang keempat adalah Al-Matīn, dan masing-masing dari nama ini mengandung sifat. Adapun lafdzul jalalah maka sifatnya adalah Al-Uluhiyah, Ar-Rozzaq sifatnya adalah Rozq, Dzul Quwwah sifatnya adalah Al-Quwwah, Al-Matīn sifatnya adalah Al-Matanah.

إِنَّ اللَّهَ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala.

Nama Allah subhanahu wata'ala yang paling agung dan ini pendapat yang lebih kuat dari beberapa pendapat para ulama dan ini adalah nama yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Nama yang lain dinisbahkan kepada Allah subhanahu wata'ala mengatakan bahwasanya diantara nama Allah subhanahu wata'ala adalah Ar-Rahman, diantara nama Allah subhanahu wata'ala adalah Ar-Rohim. Dan tidak sebaliknya diantara nama Ar-Rahman adalah Allah subhanahu wata'ala, yang benar diantara nama Allah subhanahu wata'ala adalah Ar-Rahman.

Dan sifat yang terkandung di dalamnya adalah sifat Al-Uluhiyah, sifat ketuhanan dan ini menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah satu-satunya dzat yang berhak untuk disembah karena Dia-lah satu-satunya yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, sifat-sifat Uluhiyah yang dengannya dia berhak untuk disembah. Dan tidak boleh seorang makhluk memiliki nama ini, karena nama ini mengandung sifat yang tidak berhak menyandang dan memiliki sifat tersebut kecuali Allah subhanahu wata'ala, seandainya disana ada makhluk yang disifati dengan sifat uluhiyah oleh makhluk yang lain maka ini adalah kezdoliman, ini adalah kebathilan.

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ
[Al-Hajj:6]

Yang demikian karena Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang benar.

Dia-lah yang memang memiliki sifat-sifat uluhiyah.

وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ
[Al-Hajj:62]

Dan sesungguhnya apa yang disembah selain Allah subhanahu wata'ala itu adalah bathil.

Disifati dengan ketuhanan tapi dia tidak memiliki sifat ketuhanan, yang namanya ilah adalah yang menciptakan, sementara mereka tidak menciptakan. Al ilahul haqq, Dia-lah yang mengatur sementara mereka bukan mengatur tapi diatur, maka mereka adalah sesembahan-sesembahan yang bathil.

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah, danهُوَ di sini dinamakan dengan dhamir mufashal (dhamir yang digunakan untuk memisahkan) dan diantara faedahnya adalah untuk menunjukkan ikhtishash yaitu menunjukkan kekhususan. Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang Ar-Razzaq, dan hanya Allah subhanahu wata'ala saja yaitu khusus bagi Allah subhanahu wata'ala. Ar-Rozzaq nama Allah subhanahu wata'ala mengandung sifat Rozq dengan memfathah ر, dan ini adalah sifat atau mashdar, adapun Rizq dengan menkasrah ر maka ini artinya adalah rezeki. Lain antara Rozq dengan tadi Rizq, sifat yang terkandung dalam Ar-Rozzaq adalah Rozq bukan Rizq karena Rizq ini makhluk, rezeki yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada makhluk-Nya maka ini adalah makhluk. Adapun Rozq maka ini adalah sifat Allah subhanahu wata'ala, dan sifat Allah subhanahu wata'ala bukan makhluk.

Rozzaq wazannya adalah فعّال, dan ini adalah termasuk sighah mubalaghah untuk menunjukkan bagaimana Allah subhanahu wata'ala sangat memberikan rezeki. Kalau kita berbicara tentang bagaimana Allah subhanahu wata'ala sangat memberikan rezeki, dilihat dari berapa banyak yang diberikan rezeki oleh Allah subhanahu wata'ala, manusia saja kalau kita hitung berapa miliar jumlah mereka, ini yang masih hidup atau sedang hidup sekarang, yang sudah meninggal dunia dan yang akan meninggal dunia dan yang akan datang, semuanya Allah subhanahu wata'ala memberikan rezeki kepada mereka. Dari semenjak mereka dihidupkan oleh Allah subhanahu wata'ala sampai mereka meninggal dunia, belum makhluk Allah subhanahu wata'ala yang lain.

Semut yang jumlahnya tidak mengetahuinya kecuali Allah subhanahu wata'ala dalam sarang-sarang mereka, ikan-ikan yang tidak ada habisnya, Allah subhanahu wata'ala hidupkan di dalam air dalam laut, Allah subhanahu wata'ala juga berikan rezeki kepada mereka dari dulu sampai sekarang, seluruh makhluk Allah subhanahu wata'ala berikan rezeki kepada mereka. Allah subhanahu wata'ala ciptakan mereka dan Allah subhanahu wata'ala memberikan rezeki kepada mereka dari semenjak mereka awal hidup sampai mereka meninggal dunia.

وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا
[Hūd:6]

Tidak ada sesuatu yang melata (merangkak) di permukaan bumi ini kecuali atas Allah subhanahu wata'ala rezeki mereka.

Maka Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Ar-Rozzaq. Kita sebagai seorang manusia ada diantara kita yang sebagai kepala rumah tangga berapa yang bisa kita berikan, kita hanya bisa memberikan kepada orang yang ada di rumah kita, memberikan nafkah untuk diri kita sendiri kepada anak dan juga istri kita itu saja, tapi Allah subhanahu wata'ala memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya baik yang kita lihat maupun yang tidak kita lihat. Termasuk di antaranya jin diberikan rezeki oleh Allah subhanahu wata'ala dan menunjukkan bahwasanya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Ar-Rozzaq.

Demikian pula dilihat bahwasanya Allah subhanahu wata'ala adalah sangat memberikan rezeki yaitu Allah subhanahu wata'ala berulang-ulang memberikan rezeki. Apakah Allah subhanahu wata'ala hanya yang memberikan rezeki kepada kita pagi ini saja? Masing-masing kita diberikan sarapan oleh Allah subhanahu wata'ala, ada yang makan lontong ada yang makan nasi uduk, ada yang makan nasi goreng misalnya, nanti siang juga diberikan rezeki oleh Allah subhanahu wata'ala, sore juga demikian, Subhanallah, maka Allah subhanahu wata'ala memberikan rezeki dari waktu ke waktu yang lain, bukan hanya sekali Allah subhanahu wata'ala memberikan rezeki dan itu untuk seluruh makhluk, bukan hanya kita, untuk seluruh makhluk diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala rezeki setelah itu diberikan rezeki lagi dan seterusnya sampai habis jatahnya. Maka Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Ar-Rozzaq, Dia-lah yang memberikan rezeki.

Dan makhluk yang Allah subhanahu wata'ala berikan rezeki bukan hanya makhluk yang terlihat jelas di mata manusia, tapi di sana ada makhluk-makhluk Allah subhanahu wata'ala yang tinggal di dalam tanah, ada yang di dasar lautan yang paling dalam, tapi rezeki Allah subhanahu wata'ala sampaikan kepada mereka masing-masing dengan cara yang Allah subhanahu wata'ala ketahui. Apa yang sudah Allah subhanahu wata'ala tulis sebelumnya, Allah subhanahu wata'ala akan takdirkan rezeki tersebut sesuai dengan apa yang Allah subhanahu wata'ala tulis, akan datang kepadanya rezeki sesuai dengan apa yang Allah subhanahu wata'ala tulis. Dia-lah yang menyampaikan rezeki kepada makhluk makhluk-Nya dimanapun dia berada, di tempat yang paling sulit di jamah oleh manusia Allah subhanahu wata'ala sampaikan rezeki kepada mereka.

Ada di sana seekor makhluk di antara makhluk-makhluk Allah subhanahu wata'ala, ada yang menceritakan bagaimana Allah subhanahu wata'ala menyampaikan rezeki kepada hewan tersebut. Allah subhanahu wata'ala berikan kemampuan kepadanya untuk bisa berdiri seperti tongkat, persis seperti tongkat bisa tenang dan tidak bergerak. Kemudian akan hinggap pada dirinya seekor makhluk yang lain, ketika dia hinggap disitulah dia akan memakan makhluk tadi. Dia tidak memiliki mungkin peralatan atau tangan atau kaki seperti yang kita miliki tapi Allah subhanahu wata'ala jadikan dia memiliki kemampuan seperti itu sehingga Allah subhanahu wata'ala datangkan makhluk yang lain kemudian dia memakannya.

Kalau kita memperhatikan bagaimana bermacam-macam hewan mereka mendapatkan rezeki dari Allah subhanahu wata'ala, ada yang ketika berjalan warnanya berubah seperti warna dasarnya misalnya sehingga tidak terlihat ketika datang hewan dia tidak menyadari bahwasanya dia disitu. Bermacam-macam cara Allah subhanahu wata'ala menyampaikan rezeki ini kepada mereka, maka Allah subhanahu wata'ala Dia-lah Ar-Rozzaq, bahkan Allah subhanahu wata'ala telah menulis rezeki-rezeki tadi sebelum Allah subhanahu wata'ala menciptakan makhluk-makhluk yang diberikan rezeki. Mereka telah ditulis rezekinya jauh sebelum mereka lahir, lima puluh ribu tahun sebelum Allah subhanahu wata'ala menciptakan langit dan juga bumi-Nya

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah menulis takdir-takdir makhluk-makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Allah subhanahu wata'ala menciptakan langit dan juga bumi.

Rezeki ana rezeki antum rezeki yang lain sudah Allah subhanahu wata'ala tulis. Seorang muslim ketika mengetahui bahwasanya diantara nama Allah subhanahu wata'ala adalah Ar-Rozzaq apakah masih tersisa di dalam hatinya kekhawatiran keresahan terhadap rezeki masa depannya. Nanti khawatir ana miskin atau ana nggak punya apa-apa dan seterusnya, resah dengan masalah rezeki di masa depan, ana nanti jadi apa dan seterusnya, ini pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari seseorang yang lemah iman.

Adapun seorang yang beriman maka dia meyakini bahwasanya Allah subhanahu wata'ala akan memberikan rezeki, selama kita ini masih hidup Allah subhanahu wata'ala akan memberikan rezeki. Yang menanggung orang yang bersama kita bukan kita tapi Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala mengatakan

{وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا الله يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [العنكبوت: 60]

Dan betapa banyak hewan atau sesuatu yang melata (makhluk hidup), engkau tidak menanggung rezeki mereka. Kita dalam keadaan memikirkan diri kita sendiri, memikirkan keluarga kita siapa yang memberikan rezeki kepada tetangga kita, siapa yang memberikan rezeki kepada makhluk hidup yang tidak terhingga ini, Allah subhanahu wata'ala, dan kita dalam keadaan memikirkan diri kita sendiri dan orang yang bersama kita.

الله يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ

Allah subhanahu wata'ala yang memberikan rezeki kepada mereka dan juga kalian. Jangan merasa kita yang memberikan jasa kepada istri kita, memberikan jasa kepada orang tua kita, memberikan jasa kepada keluarga kita, tidak, Allah subhanahu wata'ala yang memberikan rezeki kepada mereka. Seandainya mereka mendapatkan rezeki dari kita maka hanya sekedar wasilah saja, kita ini hanya perantara, dari mana kita dapatkan rezeki tadi, dari Allah subhanahu wata'ala. Allah subhanahu wata'ala yang memberikan kecerdasan kepada kita, memberikan pekerjaan kepada kita kemudian kita mendapatkan rezeki kemudian kita berikan kepada orang yang menjadi tanggungan kita, Allah subhanahu wata'ala yang memberikan, bukan kita. Firman Allah subhanahu wata'ala

وَٱرۡزُقُوهُمۡ فِيهَا
[An-Nisa’:5]

Dan berikanlah rezeki kepada mereka. Maksudnya adalah jadilah kalian sebagai perantara, rezeki Allah subhanahu wata'ala berikan kepada mereka

وَلَا تُؤۡتُواْ ٱلسُّفَهَآءَ أَمۡوَٰلَكُمُ ٱلَّتِي جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمۡ قِيَٰمٗا وَٱرۡزُقُوهُمۡ فِيهَا

Dan berikanlah rezeki kepada mereka dalam harta kalian.

Maksudnya adalah kalian sebagai perantara yang menyampaikan rezeki yang sudah Allah subhanahu wata'ala berikan kepada kalian untuk diberikan dan diinfaqkan kepada mereka, kita hanya perantara saja. Instansi dan lembaga tempat kita bekerja juga hanya perantara, Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang memberikan rezeki. Kalau ingin memuji pujilah Allah subhanahu wata'ala, termasuk kekuatan Iman ketika yang kita puji dalam masalah rezeki adalah Allah subhanahu wata'ala bukan makhluk.

Mengucapkan terima kasih, jazakallahu khayran, syukron, itu yang memang diperintahkan dalam syariat kita, tapi memuji hanya kepada Allah subhanahu wata'ala berdoa dan mengucapkan syukron itulah yang memang seharusnya kita lakukan sebagai seorang hamba Allah subhanahu wata'ala.

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

Tidak bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala orang yang tidak bersyukur kepada manusia.

Tapi pujian, menyandarkan nikmat, maka hanya kepada Allah subhanahu wata'ala

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ

Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang memberikan rezeki.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url