Halaqah 65: Dalil yang Menunjukkan Sifat Memaafkan Bagi Allah Subhanahu wata'ala – Dalil Kedua

Halaqah yang ke-65 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Beliau mengatakan

وَقَوْلُهُ

Dan firman Allah subhanahu wata'ala

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيم

Hendaklah mereka memaafkan dan hendaklah mereka يَصْفَحُوا maksudnya adalah berusaha untuk melupakan apa yang terjadi berpaling dari apa yang terjadi, ketika orang lain melakukan kesalahan hendaklah dia memaafkan dan jangan membalas meskipun kita dalam keadaan mampu untuk membalasnya, dia mengumpat kita juga mengumpat dia memukul kita juga bisa memukul وَلْيَصْفَحُوا hendaklah kita berpaling

أَلا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُم

Bukankah kalian senang apabila Allah subhanahu wata'ala mengampuni dosa kalian.

Ini berkaitan dengan apa yang terjadi pada Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu ketika terjadi haditsul-ifk, kejadian di mana putri beliau yaitu Aisyah Ummul Mu’minin Radhiallahu Ta’ala ‘Anha difitnah bahwasanya dia melakukan perbuatan zina.

Ada seseorang diantara keluarga Abu Bakar As-Siddiq namanya adalah Mistah ibn Utsatsa, Mistah ini adalah keponakannya Abu Bakar As-Siddiq, ibunya Mistah ini adalah sepupu dari Abu Bakar As-Siddiq dan Mistah ini seorang muhajir, termasuk Muhajirin dan dia termasuk yang mengikuti perang badar dan dia orang yang miskin, oleh Abu Bakar As-Siddiq dibiayai, beliau banyak bersedekah untuk Mistah ini.

Ketika terjadi fitnah bahwasanya Aisyah Radhiallahu Ta’ala ‘Anha difitnah berzina maka Mistha ini Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu ini ikut terbawa karena memang fitnahnya besar, fitnah yang dihembuskan oleh orang-orang munafiqin dan beliau sempat terbawa dengan fitnah tadi sehingga Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu marah kepada Mistah dengan kemarahan yang besar. Bagaimana tidak marah orang yang selama ini beliau berbuat baik kepadanya berinfaq dan bersedeqah untuknya, ketika terjadi fitnah yang menimpa putrinya dia ikut-ikutan menghembuskan fitnah ini. Tentunya sebagai seorang ayah yang malu tentunya dengar apa yang menimpa putrinya yang berupa fitnah yang berat bagi dia menghadapi fitnah ini, ada orang yang dekat dengan beliau berbuat baik kepadanya ternyata terjerumus dan ikut dalam fitnah tadi, terbawa.

Maka saat itu Abu Bakar As-Siddiq beliau sempat bersumpah untuk tidak memberikan lagi kepada Mistah tapi Allah subhanahu wata'ala menurunkan sebuah ayat yang mengingatkan beliau Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, Allah subhanahu wata'ala mengatakan

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا

Hendaklah mereka memaafkan hendaklah mereka berpaling, berusaha melupakan ini semuanya, kalau dia memang sudah bertobat dia menyadari kesalahannya maafkan saja

أَلا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُم

Bukankah kalian senang, bukankah kalian cinta apabila Allah subhanahu wata'ala mengampuni dosa kalian.

Sebagaimana dia berbuat salah kepadamu, kitapun sering berbuat salah kepada Allah subhanahu wata'ala dan kita senang kalau Allah subhanahu wata'ala mengampuni dosa kita menutupi dosa kita memaafkan diri kita

وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيم

Dan Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang Maha Menutupi dosa dan Dia-lah Yang Maha Memaafkan, kemudian Abu Bakar As-Siddiq Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu ketika turun ayat ini maka dia mengatakan Ya Allah subhanahu wata'ala demi Allah subhanahu wata'ala kami senang seandainya Engkau mengampuni dosa kami, akhirnya beliau kembali memberikan infaq dan sedekahnya untuk Mistah, seorang sahabat yang mengikuti perang badar yang telah dipuji telah oleh Allah subhanahu wata'ala ‘silahkan kalian melakukan apa yang kalian inginkan sungguh aku telah mengampuni dosa kalian’ karena Allah subhanahu wata'ala tahu bahwasanya mereka akan meninggal dalam keadaan baik, seandainya mereka melakukan dosa maka segera mereka akan kembali kepada Allah subhanahu wata'ala bertaubat dan beristigfar kepada Allah subhanahu wata'ala dan inilah yang terjadi kepada Mistah dan juga para sahabat yang lain.

Ayat ini menunjukkan nama Al-Ghofur dan juga Ar-Rahim dan telah berlalu penjelasan tentang Rahmat Allah subhanahu wata'ala dan sifat yang tercantum dalam Ghofur adalah sifat A-Ghofr dan sifat yang terkandung dalam Ar-Rahim adalah sifat Rahmah, dan sudah kita sebutkan perbedaan antara rahmah yang terkandung di dalam Ar-Rahim dengan Ar-Rahman, bahwasanya Ar-Rahim ini adalah Rahmat yang Allah subhanahu wata'ala khususkan bagi orang-orang yang beriman adapun Ar-Rahman yang terkandung di dalamnya adalah rahmat yang umum untuk orang-orang yang beriman maupun orang-orang yang kafir.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url