Materi 19: Tafsir Surat At Tiin (Buah Tin)

Pengantar

Surah At-Tin (التين) adalah surah ke-95 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 8 ayat dan termasuk dalam golongan surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di Makkah sebelum Hijrah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ke Madinah. Berikut adalah tafsir umum dari Surah At-Tin:

Surah At-Tin dimulai dengan sumpah atas pohon tin dan buahnya. Allah menyumpahi pohon tin dan tempatnya yang subur sebagai tanda kebesaran dan keindahan ciptaan-Nya. Sumpah ini juga menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan kesempurnaan dan hikmah.

Ayat-ayat berikutnya menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Walaupun manusia memiliki potensi untuk menjadi yang terendah, Allah memberinya kesempurnaan dan kemuliaan. Namun, manusia cenderung menurun dan menjadi yang paling rendah jika mereka tidak bersyukur dan ingkar terhadap kebesaran Allah.

Surah At-Tin mengandung pesan moral dan ajakan untuk bersyukur atas nikmat Allah, mengingat keindahan ciptaan-Nya, dan menjauhi tindakan yang dapat menurunkan derajat manusia. Surah ini mengingatkan manusia bahwa keberhasilan dan kemuliaan mereka tergantung pada ketaqwaan, keberkahan, dan syukur kepada Allah.

Tafsir surah ini mencakup tema kesempurnaan ciptaan Allah, derajat manusia yang tinggi, dan peringatan agar manusia tidak merusak dirinya sendiri dengan berbuat maksiat. Surah At-Tin memberikan dorongan kepada manusia untuk menghargai nikmat Allah, menjaga kemuliaan yang diberikan-Nya, dan selalu bersyukur dalam setiap kondisi.

Bacaan Surat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ ﴿١﴾ وَطُورِ سِينِينَ ﴿٢﴾ وَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ ﴿٣﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ ﴿٧﴾ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴿٨

Tafsir

  1. (Demi Tin dan Zaitun) keduanya adalah nama buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan kedua buah tersebut.
  2. (Dan demi bukit Sinai) nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah.
  3. (Dan demi kota ini yang aman) yaitu kota Mekah, dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam.
  4. (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya semua manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau pun penampilannya amatlah baik.
  5. (Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya sebagian di antara mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) ungkapan ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia beramal di kala masih muda, hal ini diungkapkan dalam firman selanjutnya, yaitu:
  6. (Kecuali) melainkan (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya) atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.
  7. (Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan) hai orang kafir (sesudah itu) yakni sesudah hal-hal yang telah disebutkan tadi, yaitu mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua dan pikun, yang hal ini menunjukkan kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk hidup kembali (hari pembalasan) yang terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu perhitungan amal perbuatan. Maksudnya apakah gerangan yang mendorongmu mendustakan hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang mendorongnya untuk mendustakan hal tersebut selain dirinya sendiri.
  8. (Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?) artinya Dia adalah hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil lainnya, dan keputusan-Nya berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadits disebutkan, "Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka hendaknya sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiina/tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url