Halaqah 15: Bab 01 Fadhlul Islam – Pembahasan Dalil Kedelapan Atsar Abu Darda (Bagian 2)

Halaqah yang ke-15 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau mengatakan

وعن أبي الدردا رضي الله عنه قال

Dan dari Abu Darda semoga Allah subhanahu wata'ala meridhoinya, beliau berkata

كيف يعيبون سهر الحمقى وصومهم؟

Bagaimama mereka tertipu dengan begadangnya orang² yang – الحمقى – (lawan dari الأكياس) orang yang tidak cerdas/bodoh, mereka justru yang asalnya amalan tersebut adalah ibadah yang harusnya mereka dapat pahala justru menjadi Azab atau bahkan justru menjadi sebab mereka masuk kedalam neraka, bagaimana itu?

Ketika misalnya mereka salah di dalam niat. Berpuasa tetapi tidak ada niat untuk mendapatkan pahala, karena orang lain mereka berpuasa dibulan Ramadhan maka dia juga ikut berpuasa.

Tidak ada ikhtisaban, pahala puasa itu bagi orang yang ikhtisaban

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا

Kalau tidak ada – احْتِسَابًا -hanya sekedar adat istiadat / kebiasaan karena mereka semua puasa maka dia tidak akan mendapatkan pahala puasa yaitu

غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Ini bagi orang puasa – احْتِسَابًا – .

Demikian pula orang yang sahar, mereka begadang (untuk shalat malam diantaranya) kalau tidak ada – احْتِسَابًا – tidak akan mendapatkan pahala & Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا

Orang yang shalat malam karena ihtisab, kalau tidak ihtisab tidak mendapat pahala yang dicantumkan di dalam hadits tadi bahkan ada diantara mereka yang justru menjadi sebab dia mendapatkan maksiat dan juga dosa, kapan?
Ketika dia melakukan amalan tadi tidak diatas Islam/tidak diatas Sunnah tapi melakukannya dengan kebida’ahan maka ini justru mendapatkan dosa, shalat selama 1 malam tetapi dengan cara yang bid’ah, selama satu malam dia begadang dalam rangka niatnya beribadah tapi karena dilakukan tidak diatas Islam sehingga justru menjadi sebab dia berdosa dan ini menjadi sebab dia masuk kedalam neraka.

Ini adalah perilaku – الحمقى – (perilaku orang² yang bodoh) orang² yang tidak cerdas, kenapa?
Pertama mungkin salah dalam bathinnya (shaum atau melakukan shalat malam tetapi salah dalam bathinnya berarti tidak sesuai dengan Islam)
Kedua atau salah di dalam dhohirnya tidak sesuai Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Ketiga atau salah kedua²nya baik dhohirnya maupun bathinnya.

Maka ini adalah prilaku الحمقى bagaimana mereka tertipu dengan begadangnya orang² yang – الحمقى – tadi & puasa mereka tidak akan tertipu mereka.

Ini menunjukan tentang keutamaan Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kalau memang dia berpegang dengan Islam sesuatu yang asalnya mubah bisa menjadi pahala, jika niatnya benar.

ولمثقال ذرة من بر مع تقوى ويقين، أعظم وأفضل وأرجح عند الله من عبادة المغترين

Dan satu Dzarroh (semut) yang dikenal oleh orang arab, mereka mengatakan semut kecil itu dengan Dzarroh (jangan di artikan biji sawi atau semisalnya) Dzarroh disini menunjukan tentang kecilnya, seberat semut (yang diukur disini beratnya) kalau itu amalan diiringi dengan – بر وتقوى ويقين – maka itu lebih besar pahalanya & lebih afdhol disisi Allah subhanahu wata'ala & lebih berat disisi Allah subhanahu wata'ala dari pada Ibadahnya orang² yang mughtarin, البر وتقوى masuk di dalamnya adalah makna Islam, البر apabila dia digabungkan dengan taqwa maka makna البر adalah menjalankan perintah & taqwa adalah menjauhi larangan.

Maksudnya adalah menjalankan perintah sesuai dengan Islam dan menjauhi larangan sesuai dengan Islam, sebagian mengartikan taqwa

أن تعمل بطاعة الله على نور من الله

Diatas cahaya dari Allah subhanahu wata'ala maksudnya adalah sesuai dengan Islam sesuai yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Disertai dengan keyakinan – ويقين -. Kalau dilakukan meskipun amalan tersebut hanya sebesar/seberat semut tapi diiringi dengan Bir & Taqwa (maksudnya disini adalah Islam itu sendiri) jadi المغترين disini bisa dia maghrur dengan disebabkan salah niatnya meskipun amalannya sesuai dengan sunnah, ada orang yang maghrur ada yang mukhtar (tertipu) niatnya benar ingin mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wata'ala tetapi dia melakukan itu tidak sesuai dengan sunnah. Maka dua²nya adalah mughtar tidak diterima amalannya.

Adapun orang yang melakukan amalan yang sedikit tapi sesuai dengan Islam (dzhohir maupun bathin) maka dia mendapatkan pahala. Dan ucapan ini (ucapan Abu Darda) diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya di dalam kitab beliau al Yaqin dan juga Abu Nu’aim di dalam Hilyatul auliya dan kitab² yang lain. Allahu ta’ala a’lam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url