Halaqah 19: Nama-Nama Allah Subhanahu wata'ala yang Nafiyyah Dan Mutsbittah & Sifat-Sifat Allah Subhanahu wata'ala yang Manfiyyah dan Mutsbattah yang Ada Dalam Ayat Qursiy

Halaqah yang ke-19 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah.

Kita masuk pada ayat Al-Kursiy, kemudian beliau mengatakan

وَمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِي أَعْظَمِ آيَةٍ فِي كِتِابِهِ

Dan apa yang Allah subhanahu wata’ala sifatkan dengan-Nya نَفْسَهُ (diri-Nya sendiri) di dalam ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an, yang dimaksud adalah ayat kursiy, أَعْظَمِ آيَة berdasarkan sebuah hadits, yaitu haditsnya Ubay bin Ka’ab dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab

يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ

Tahukah kamu يَا أَبَا الْمُنْذِر (ini adalah kunyah dari Ubay bin Ka’ab), tahukah kamu ayat yang mana di dalam Al-Qur’an yang menurutmu itu adalah ayat yang paling besar, yang paling agung

قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

Beliau mengatakan Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya lebih tahu

يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ

Wahai Abal Mundzir tahukah kamu ayat yang mana di dalam Al-Qur’an yang menurutmu itu paling besar. Ditanya dua kali oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mengajak dia untuk berpikir menurut Abal Mundzir (ubay bin ka’ab) apa ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an

قَالَ قُلْتُ

Maka ubay bin ka’ab membaca firman Allah subhanahu wata’ala yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam surat Al Baqarah 255

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ

Membaca ayat kursiy

قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى

Maka ubay bin ka’ab menceritakan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memukul dadanya (menepuk dadanya) kemudian mengatakan

وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan demi Allah subhanahu wata’ala semoga ilmu ini menjadi mudah bagimu wahai ubay bin ka’ab. Artinya di sini Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memuji ubay bin ka’ab bahwasanya jawaban dia ini benar, ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an adalah ayat kursiy, ini menunjukkan ilmunya ubay bin ka’ab, dari sekian ribu ayat yang ada dalam Al-Qur’an dan dalam waktu yang tidak lama ketika ditanya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau langsung bisa menjawab. Dan ini menunjukkan bagaimana para sahabat dahulu ketika mereka membaca Al-Qur’an, menghafal Al-Qur’an, bukan hanya sekedar membaca dan menghafal tapi mereka juga menghayati, sehingga taufik dari Allah subhanahu wata’ala saat itu ubay bin ka’ab langsung menyebutkan di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ayat kursiy, makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan

لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِر

Ini adalah pujian, kemudian yang kedua ini adalah doa, semoga ilmu ini dimudahkan untukmu wahai Abal Mundzir, doa juga untuk ubay bin ka’ab semoga mudah menerima ilmu, bertambah ilmunya. Ini menjadi dalil bahwasanya ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an adalah ayat kursiy dan hadits ini diriwayatkan oleh imam muslim.

Ayat kursiy menjadi ayat yang paling agung karena kandungan isinya, kandungan isinya adalah penyebutan beberapa nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala

حَيْثُ يَقُولُ

ketika Allah subhanahu wata’ala mengatakan

اللَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

اللَّه ini adalah nama Allah subhanahu wata’ala yang mengandung sifat Al-Uluhiyah Dia-lah Allah subhanahu wata’ala yang memiliki sifat Uluhiyah, sifat Uluhiyah adalah sifat untuk disembah, hanya Dia saja yang memiliki sifat ini. Tidak ada selain Allah subhanahu wata’ala yang memiliki sifat uluhiyah dan kalau di sana ada yang disembah selain Allah subhanahu wata’ala disifati dengan sifat Uluhiyah maka ini adalah sesembahan dan pensifatan yang bathil

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوم

Allah subhanahu wata’ala di sini menafikan dari diri-Nya atau menafikan adanya sesembahan selain Dia

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ

Tidak ada sesembahan selain Dia, ini tidak ada nama dan juga sifatnya, setelah itu Allah subhanahu wata’ala mengatakan

الْحَيُّ الْقَيُّوم

الْحَي adalah nama Allah subhanahu wata’ala yang artinya adalah yang Maha Hidup, الْقَيُّوم nama Allah subhanahu wata’ala yang artinya adalah yang Maha Berdiri Sendiri, kandungan sifat yang ada di dalam الْحَي sifat Al-Hayya (sifat hidup) adapun الْقَيُّوم maka sifat Al-Qayyumiyyah yaitu sifat berdiri sendiri. الْحَيُّ sebagian ulama menjelaskan الْحَيُّ الْقَيُّوم, ketika kita menetapkan nama Allah الْحَيُّ maka berarti kita menetapkan sifat-sifat kehidupan yang lain, yaitu sifat As-Sama’ Al-Bashar (sifat mendengar, sifat melihat) kemudian sifat Al-’Ilm (sifat ilmu), sifat Qudroh, sifat Iradah. Ketika seseorang menetapkan kesempurnaan hidup bagi Allah subhanahu wata’ala dalam nama-Nya الْحَيُّ dan yang namanya hidup yang sempurna ya ada As-Sama’, Al-Bashar, Al-’Ilm, Al- Qudroh, Al-Iradah sehingga para ulama menjelaskan bahwasanya di dalam nama الْحَيُّ ini mengandung seluruh sifat-sifat yang lazimah bagi Allah subhanahu wata’ala, yang senantiasa ada pada diri Allah subhanahu wata’ala.

Adapun di dalam nama Allah الْقَيُّوم Yang Berdiri Sendiri, dan Dia menegakkan yang lain, yang lain tidak akan tegak kecuali apabila ditegakkan oleh Allah subhanahu wata’ala, maka para ulama menjelaskan ini mengandung sifat-sifat yang muta’addiyah yaitu yang berkaitan dengan yang lain, Dia-lah yang mencipta, Dia-lah yang memberikan rezeki, Dia-lah yang mengatur, ini semuanya masuk di dalam الْقَيُّوم Dia-lah Yang Berdiri Sendiri dan Dia-lah yang menegakkan yang lain dengan menciptakan, memberikan rezeki dan seterusnya.

Berarti الْحَيُّ mengandung seluruh sifat dzatiyah bagi Allah subhanahu wata’ala adapun الْقَيُّوم maka ini mengandung sifat-sifat yang muta’addiyah (yang berkaitan dengan yang lain) sehingga sebagian ulama ada yang mengatakan bahwasanya nama Allah subhanahu wata’ala yang paling besar adalah الْحَيُّ الْقَيُّوم, ini satu pendapat, karena الْحَيُّ mengandung seluruh sifat dzatiya الْقَيُّوم mengandung sifat yang muta’addiyah, berarti semuanya terkandung dalam الْحَيُّ الْقَيُّوم.

Makanya dari sini saja kita mengetahui kehebatan dari ayat kursiy ini, mengandung الْحَيُّ الْقَيُّوم yang di dalamnya ada penetapan sifat-sifat yang dzatiyah bagi Allah subhanahu wata’ala yang muta’addiyah bagi Allah subhanahu wata’ala

Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengatakan

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

Allah subhanahu wata’ala tidak ditimpa rasa ngantuk dan tidak ditimpa tidur. Sudah kita sebutkan bahwasanya ketika Allah subhanahu wata’ala menafikan berarti kita menetapkan kesempurnaan yang sebaliknya dari sifat yang dinafikan tadi. Disini Allah subhanahu wata’ala menafikan dari diri-Nya ngantuk yaitu pembukaan dari tidur maka kita katakan Allah subhanahu wata’ala

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَة

Allah subhanahu wata’ala tidak ditimpa rasa ngantuk ini, kita nafikan apa yang Allah subhanahu wata’ala nafikan

وَلاَ نَوْم

dan Allah subhanahu wata’ala tidak ditimpa tidur, kita nafikan dari Allah subhanahu wata’ala sifat tidur, tidak cukup disitu karena ini adalah sifat yang dinafikan maka kita sertai dengan penetapan kesempurnaan kebalikan dari sifat ini, yaitu kita tetapkan kesempurnaan sifat hidup bagi Allah subhanahu wata’ala, karena kalau hanya sekedar nafyi saja itu bukan pujian tapi ketika nafyi (dinafikan) dan ditetapkan kesempurnaannya barulah ini pujian, dan didalam diri Allah subhanahu wata’ala demikian pula, atau di dalam nama dan juga sifat Allah subhanahu wata’ala demikian. Jadi ketika Allah subhanahu wata’ala menafikan dari diri-Nya sebuah sifat, kita harus menetapkan kesempurnaan kebalikan dari sifat tadi. Berarti disini ada dua sifat yang dinafikan oleh Allah subhanahu wata’ala
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Al Aqidah Al Wasithiyyah]
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url