Halaqah 63: Beberapa Sekte yang Menyimpang dalam Masalah Keimanan

Halaqah yang ke-63 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah tentang beberapa sekte yang menyimpang dalam masalah keimanan.

Ada aliran-aliran yang mereka keliru didalam memahami Iman.

Jadi iman menurut sebagian mereka hanyalah apa yang ada di dalam hati seseorang, ada diantara mereka yang mengatakan Iman itu hanya ucapan saja ini adalah Al Karomiah, kalau yang pertama adalah Murjiah dan yang sudah ekstrim sekali sudah ekstrim sekali mengatakan bahwasanya Iman hanya ma’rifah mengenal yang ada di dalam hati seseorang jadi misalnya seseorang mengenal Allah sebagai penciptanya berarti disini ma’rifat sudah mengenal Allah sebagai penciptanya ya sudah itulah yang dinamakan dengan iman. Seandainya dia meninggal dunia dan dia tinggal shalat dia enggak puasa dia nggak zakat tidak melakukan amalan-amalan yang lain Yang penting dia mengenal Allah maka dia sudah sebagai seorang yang beriman yang sempurna keimanan berarti hanya mencukupkan diri dengan apa yang ada di dalam hati seseorang, maka ini sesatnya.

Ada lagi (yang Karomiyyah tadi) mengatakan bahwasanya Iman itu apa yang diucapkan oleh lisan yang lainnya enggak perlu, amalan anggota badan enggak perlu kemudian keyakinan dalam hati tidak perlu yang penting Antum mengatakan dua kalimat syahadat sudah menjadi orang yang beriman yang sempurna keimamannya meskipun tidak mengamalkan dalam perbuatan atau sehari-hari yang penting Antum mengucapkan ini bathil.

Ada yang mengatakan Iman itu adalah keyakinan dalam hati dan ucapan dengan lisan anggota badan tidak perlu dan ini juga bathil.

Jadi iman itu mencakup semuanya ucapan dan juga perbuatan ucapan lisan maupun ucapan hati amalan lisan maupun amalan hati dan amalan anggota badan.

Banyak disana dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya amalan ini termasuk bagian dari Iman, seperti misalnya Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam dalam hadis yang berisi tentang cabang-cabang keimanan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ


Iman Itu ada 70 cabang lebih yang paling tinggi adalah ucapan

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ


dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan rasa malu ini termasuk bagian dari keimanan.

Beliau mengatakan bahwasanya Iman itu ada 70 cabang lebih semuanya ini adalah termasuk bagian dari iman yang paling tinggi apa? yang paling tinggi adalah ucapan

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ


Berarti ucapan ini adalah termasuk bagian dari iman

قال لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ


Berarti ucapan ini adalah termasuk bagian dari iman, kemudian yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, menyingkirkan ini berupa amalan karena seseorang ketika memikirkan bergerak tangannya, kakinya, Beliau mengatakan ini yang paling rendah.

Menunjukkan bahwasanya termasuk di antara keimanan adalah amalan sehingga orang yang mengatakan amalan bukan termasuk Iman ini jelas sesat oleh karenanya sebagian mereka malas untuk beramal karena meyakini keyakinan ini.

وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ


Dan rasa malu ini bagian dari keimanan, dan rasa malu adanya didalam hati.

Berarti hadits yang singkat ini lengkap Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwasanya Iman ini diucapkan lisan diamalkan anggota badan dan termasuk apa yang ada di dalam hati seseorang.

Diantara yang menunjukkan bahwasanya amalan ini termasuk bagian dari iman Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan,

…وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ …


Dan tidaklah Allah Subhanahu wata'ala menyia-nyiakan Iman kalian.

Dalam surat Al-Baqarah, kalau kita melihat konteks dari ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala sedang berbicara tentang perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsha Ke Masjidil Haram, ketika pindah arah kiblat ada sebagian kaum muslimin yang mereka ingat saudara-saudara mereka yang terlebih dahulu meninggal dunia dan meninggal dunia dalam keadaan mereka shalat menghadap ke arah

Masjidil Aqsa bagaimana dengan saudara-saudara kita belum berubah perpindahan kiblat ini tapi mereka sudah meninggal dunia khawatir tidak diterima amal shalehnya khawatir sia-sia shalat yang mereka lakukan maka Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan,

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ


Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian.

Yaitu Apa yang dimaksud dengan iman di sini shalat Allah tidak akan menyia-nyiakan shalat kalian itu shalat kalian yang kalian lakukan ketika menghadap ke arah Masjidil Aqsa itu tidak akan disia-siakan oleh Allah karena kalian benar kalian benar saat itu kalian melaksanakan perintah Allah memang perintah Allah saat itu adalah melakukan shalat ke arah Masjidil Aqsa.

Jadi mereka melaksanakan perintah Allah sehingga Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan kalian maksudnya adalah shalat kalian yang kalian lakukan dahulu kearah Masjidil Aqsha berarti Allah menamakan shalat dengan Iman & shalat ini adalah termasuk amalan, amalan anggota badan.
***
[Materi halaqah diambil dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Ushulus Sunnah yang ditulis oleh Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah]

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url